Kita walau tinggal di negara Arab, tapi pengaruh Western
terasa amat kuat khususnya pada saat Natal, Ultah, Halloween &
Valentine. Tak heran karena populasi pendatang lebih banyak daripada
bangsa Arab sendiri. Dan karena juga sekolah internasional di sini
berkiblat pada Western, maka semua kebudayaannya itupun dibawa.
Ketika Latifah mulai senang menyanyikan jingle Natal, Happy
Birthday (bawaan dari sekolah) maka pun kami pelan-pelan memberi tahu,
kalo Natal not for Muslim, Happy Birthday not for Muslim. Akhirnya dia
pun sadar, bahkan ketika melihat hiasan Natal di Mall dia pun bilang
sendiri kalo “it’s not for muslim”. Tetapi namanya juga anak 3 tahun..
kadang masih suka kelepasan nyanyi lagu Happy Birthday. Ya kami
mengingatkan dengan pelan-pelan lagi.
Walau kami bisa dibilang “saklek” dalam melaksanakan Islam
kami tidak menutup diri dari umat lain. Teman terbaik saya di kantor
adalah orang Filipin yang merayakan Natal. We share about everything,
even her deepest sorrow when she found out her (unmarried) daughter is
pregnant, sampai sekarang hanya menjadi rahasia kami berdua. Tidak ada
orang kantor lain yang tau.
Tetangga terbaik saya juga orang Filipin yang Kristen, dan
anak saya suka sekali bermain dengan mereka di rumahnya. Ortunya juga
gemar sekali membantu kami. Pembantu terbaik saya malah orang Nepal, dan
nanny terbaik di sekolah juga dari Filipin (bukan Arab!). Juga
teman-teman saya di Indonesia. Teman kerja suami juga dari India &
Filipin yang beragama Hindu/Kristen.
Kami bersikap baik, seperti diajarkan Rasul SWT kepada
umat lain, tapi dalam hal melaksanakan agama kami fokus pada ajaran
masing-masing (termasuk tidak mengucapkan selamat Natal, Ultah, dll).