Tuesday, July 12, 2011



Mendidik Anak di Negeri Non Muslim
Thursday, 13 May 2010 11:00

Segala puji hanya bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya,dan meminta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung dari kejahatan jiwa-jiwa kamidan dari keburukan amal-amal kami. Waba`du: Islam memerintahkan orangtua untuk mendidik anak dan memikulkan tanggung-jawab itu di pundak mereka. Firman Allah SWT:
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan...(QS AT-Tahrim:6 )

Rasulullah saw.telah meletakkan kaidah-kaidah dasar yang intinya adalah bahwa anak akan tumbuh sesuai dengan agama orangtuanya. Merekalah orang yang secara kuat mempengaruhi anak-anaknya . Beliau bersabda:
"Tidak ada seorang anak yang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah. Maka ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi,Nasrani atau Majusi"(Bukhari)

Mendidik anak di negeri non muslim bukanlah perkara mudah,terutama dalam penanaman aqidah agar anak memnpunyai"imunitas" ketika harus berinteraksi dengan teman-temannya. Untuk itulah kita sebagai orangtua berkewajiban mendidik dengan dilandasi pemahaman agama agar pola yang diterapkan sesuai dengan syari`at dan hal ini juga memotivasi kita juga sebagai teladan untuk di contoh.

Di tengah mayoritas non muslim yang berbeda baik dari segi agama dan kebudayaan kadang tanpa disadari, dari awal akan menjadi kebiasaan yang tidak sesuai ajaran Islam,misalnya ketika masuk rumah bukannya memberi salam tapi mengucapkan apa yang di dapat dari sekolah. Hal ini perlu di tanamkan sejak ini agar anak tidak mencontoh yang tidak di ajarkan dirumah.Jadikan rumah sebagai tempat mereka mendapatkan apa yang tidak diajarkan di sekolah terutama yang berhubungan dengan pembentukan pribadi mereka sebagai muslim.

Ada beberapa hal yang perlu ditanamkan ke anak agar mereka memiliki keimanan yang terpatri kuat:

1.Mengenalkan Islam sebagai agama yang diridhoi Allah swt dan bangga dengan identitasnya sebagai muslim.

Dengan demikian ketika mulai sekolah dasar , anak tidak malu dalam melakukan sholat dan shaum ramadhan dan faham kalau itu merupakan kewajibannya sebagai muslim dan di catat amal kebajikannya agar termasuk hamba Allah yang taat.

Pengalaman,ketika berkumpul dengan teman-temanya ada yang merasa malu ketika harus tampil beda, baik cara berpakaian dimana kalau anak perempuan berkerudung dan anak lelaki bercelana panjang walaupun musim panas kostum olahraga yang di pakai berbeda dengan tetap bercelana panjang.

2.Sholat
Sejak dini ajaklah anak untuk sholat berjama`ah walaupun gerakan dan bacaannya belum sempurna, karena di sini penekanannya adalah agar anak terbiasa hingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi dan merasa tidak tenang bila belum melaksanakannya.

Ketika anak berusia 5 atau 6 tahun orang tua harus enyempatkan waktu khusus untuk mengajarkan bacaan-bacaan sholat untuk persiapan ketika mulai sekolah sudah bisa melakukan sholat dengan bacaan dan raka`at yang benar. Dalam hal ini ,diperlukan keshabaran dan ketelatenan orang tua,agar anak tidak bosan dan lelah.

Bisa juga dilatih ketika hendak sholat bersama-sama membaca bacaan-bacaan sholat atau mengajarinya seperti yang dilakukan sekolah TK Islam,dimana orangtua dan anak melakukan gerakan sholat bersama sambil membaca bacaan-bacaan sholat.
"Dan perintahkanlah keluargamu untuk sholat dan bershabarlah dalam menjalaninya."(Thaha 132)

Anak,sebagaimana manusia lainnya, bisa lupa dan lalai. Allah swt telah mengkhususkan untuknya sesuatu yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya-rentang waktu masa kanak-kanak yang panjang. Dan masa itu bukanlah masa taklif(pemberlakuan kewajiban) melainkan masa untuk mempersiapkannya agar siap menerima taklif. Jika kita fahami hal ini,mudahlah bagi kita untuk percaya kepada prinsip pengulangan lebih dari satu kali hingga membekas dalam jiwa dan siap menerima perintah serta merespon panggilan.

Tentang prinsip pengulangan ini di tegaskan oleh Rasulullah saw.dengan sabdanya:
"Suruhlah anak-anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun.Dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) bila usia mereka mencapai sepuluh tahun."

3.Shaum atau puasa Ramadhan

Merupakan ibadah wajib yang harus disosialisasikan ke anak sejak dini. Dan ketika berumur tujuh tahun anak sudah siap untuk melaksanakannya tanpa tangisan. Ketika anak mampu bertahan dalam kedaan lapar dan haus,ia akan merasakan menang mengalahkan hawa nafsunya dan itu juga akan meningkatkan rasa percaya dirinya.

Selain kita harus memberikan motivasi dengan menceritakan bagaimana anak-anak para sahabat Rasulullah saw.juga melakukannya dengan menyiapkan mainan agar mereka terhibur dan tidak merasakan panjangnya siang,juga menceritakan teman-teman sebayanya yang sudah mulai melaksanakannya dengan berharap agar dikumpulkan bersama-sama di surga Ar-Rayyan kelak.Dengan begitu insyaAllah akan membuat semangat,apalagi kalau saat berbuka pussa kita ajak ke masjid atau tempat berkumpul sesama muslim. Dengan begitu perasaan akan kebersamaan akan memberikan energi dan kenikmatan dalam melaksanakannya walaupun esok harinya melihat teman-teman di sekolah menyantap makan siang .

Pengalaman, dengan adanya cerita dan pemahaman dari kita sebagai orang tua anak akan enjoy ketika melaksanakan shaum walaupun hari sekolah dan bisa mencari kegiatan saat makan siang, entah dengan ke perpustakaan atau menggambar.

4.Membaca Al-Qur`an dan Hadist

Selain ibadah-ibadah wajib,kita harus mengenalkan anak-anak ibadah sunnah yang apabila dilaksanakannya kelak akan menolongnya di hari kiamat kelak. Sejak dini, latihlah anak-anak dengan lafaz huruf-huruf hijaiyyah agar dasar pengenalan ini menunjang untuk meneruskan ke metode Iqra atau qira`ati. Ketika usia enam atau tujuh tahun anak dapat membaca al-qur`an dan menjadi aktifitas rutin bersama orang tua. Waktunya di lihat dan di sesuaikan jam anak, saat tidak mengantuk dan senang hati. Hafalan Al-qur`an juga sudah disosialisasikan dengan ketelatenan orang tua membacakan dan mengulang-ulang surah-surah pendek.Ketika dalam jangka waktu tiga bulan insyaAllah anak akan dapat mengikuti surah-surah pendek ketika imam sholat membacakannya bahkan menghafal tanpa bantuan.

Hadist anak-anak, baik juga dikenalkan agar tidak tertinggal dengan teman-temanya yang bersekolah di Indonesia. Untuk itu perlu mencari informasi kurikulum atau mencari buku pelajaran agama Islam khusus seusia anak kita.Pengalaman, setelah anak dikenalkan dengan hadist kasih sayang atau sholat,anak lebih mudah diingatkan ketika lupa atau bermasalah dengan adiknya.

5.Silaturrahim

Hal ini juga penting diterapkan,dengan jadwal yang telah ditetapkan dan moment yang tepat. Selain mengenalkan anak bahwa silaturrahim dianjurkan bagi agama Islam,juga untuk mengikat tali persaudaraan, mendapatkan teman yang siap menolong bila diperlukan dan tidak merasa hidup sendiri di komunitas yang mayoritas non musllim.Sarana pertemuan acara-acara besar keagamaan bisa juga dijadikan ajang silaturahim mereka dengan teman sebayanya. Hal ini juga memberikan rasa kebahagiaan dan suasana yang baik karena tidak terkungkung di rumah saja. Penekanan lain, perlu mengenalkan anak kita dengan teman muslim agar melihat kebiasaan yang baik,entah dari perilaku atau kemauan dalam melaksanakan sholat wajib misalnya.

6.Bercerita tentang Rasulullah,para nabi, sahabat dan orang-orang shalih.

Dengan bercerita kita bisa memberikan masukkan yang berarti dengan dikaitkan hal-hal yang dilakukan di sekolah yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, perayaan krismas yang dirayakan setiap tahun dengan persiapannya yang melibatkan anak agar sukacita menyambutnya.Dalam hal ini perlu kearifan orang tua dalam mensikapinya dengan memberitahukan ke guru dan anak.

Berkaitan dengan perayaan-perayaan umat Islam,guru dan anak perlu diberitahu agar ketika momemnt itu tiba, mudah untuk meminta ijin. Begitupun dengan menceritakan akhlaq yang baik,dengan tidak mencela teman bila mempunyai kekurangan bahkan melakukan dengan mengucilkan teman sampai menangis,istilah di Jepang "ijime".

Hidup di negeri non muslim,harus bisa mengambil dari sisi positip dan mencari jalan untuk menghindari sisi negatif. Dalam hal metode pendidikan anak-anak di sekolah, ada beberapa aspek yang bisa kita contoh untuk pembekalan diri :

a.Aspek disiplin
Disiplin untuk tidak datang terlambat dan mentaati peraturan sekolah yang sudah di sepakati bersama, Sampai dalam hal keseharian, anak tidak akan melanggar bila memang itu benar.Misalnya, menyebrang jalan dan aturan bermain di luar tidak sampai waktu sore menjelang malam.

b.Aspek keberanian
Setiap pelajaran, ada presentasi baik perorangan atau kelompok. Untuk soal tanya-jawab,tidak berlaku untuk anak yang pintar saja,semua di berikan kesempatan menjawab dan di hargai tanpa di salahkan.Setelah beberapa anak sudah berani mengeluarkan pendapatnya,setelah itu guru memberikan penjelasan yang benar dengan di sertai penghargaan kepada yang benar dengan tujuan agar yang lainpun termotivasi dan tidak malu menungkapkan pendapatnya.

c.Aspek kemandirian
Rutinitas membersihkan kelas merupakan melatih kemandirian dalam hal kebersihan. Begitupula menyiapkan makan siang. Dengan dibantu guru setiap anak mendapatkan gilirannya dengan berkelompok untuk mengambil dan menyajikan ke teman-teman.
Begitupun dengan keperluan,mulai dari sepatu khusus masuk ruangan dan peralatan lainnya yang harus diperhatikan sendiri.

d.Aspek keterampilan
Anak dilatih untuk mengekpresikan bakat seni dan olahraganya agar terlatih bahkan mahir. Dengan latihan yang dipantau dengan penentuan batas waktu dan penghargaan,anak menjadi termotivasi. Seperti menggambar bebas setiap di sela waktu istirahat.Begitupun dengan olahraga lari dan lompat tali yang menjadi olahraga unggulan. Bahkan dibuat acara tahunan olahraga dengan yang di hadiri oleh seluruh keluarga.

e.Aspek ilmu dengan praktek lansung
Dimana ketika pelajaran yang berhubungan dengan alam atau masyarakat,anak diajak untuk melihat dan melakukannya lansung dan membuat laporan.Untuk meransang minat baca, setiap anak harus meminjam buku-buku di sekolah sesuai kebutuhan setiap hari.

f.Aspek afektif

Dimana anak diajarkan kasih sayang dengan sesama makhluk,misalnya dengan memelihara bersama hewan peliharaan sekolah.
Setiap kelas, mendapat tugas untuk memberi makan dan membersihkan kandang bahkan ada yang di suruh memlihara khusus hewan tertentu dengan melatih untuk tidak takut dan bertanggung jawab.Misalnya memelihara serangga.

Dengan adanya perpanduan yang seimbang antara yang baik dari rumah dan sekolah,semoga menjadikan anak dan orang tua mendapatkan nilai tambah baik untuk kebaikan di dunia maupun di akhirat.

Semoga peranan kita sebagai orang tua dimudahkan Allah untuk melaksanakan apa yang terbaik untuk anak-anak kita dengan tak lupa berdo`a kepada Allah swt yang berhak atas segala ketentuanNya di dunia ini.

Maryam Malik
Yokohama, Maret 2006.

Makalah pada seminar milis Bidang Pendidikan Fahima tahun 2006 (*)

No comments:

Post a Comment