Sunday, July 15, 2012

Hallo Sahabat semua,…
Semoga kehangatan selalu menyertai kebersamaan kita.
Beberapa hari yang lalu, pagi-pagi saya mendapatkan sms dari salah seorang penjahit saya. “Maaf Mi,… saya tidak bisa datang hari ini, Mamah sudah susah, seluruh keluarga sudah kumpul.”
Saya hanya sanggup mengiyakan, sembari berkirim doa.
Jam 10-an pagi, sampai lagi sms, “Mi, mamah baru saja meninggal.” Innalillahi wa innailaihi raajiuun. Maka saya pun berkemas, menuntaskan pekerjaan. Namun ternyata saya masih ada jadwal ngeles anak-anak jam dua siang. Waduh,… sepertinya ba’da Ashar saya baru bisa ta’ziah.
Dan tenyata memang jam empat sore saya baru bisa sampai ke rumah duka. Saya lihat, jenazah masih terbujur di ruang tengah, tertutup kain batik. Tidak begitu jelas, sudah terkafani atau belum.
“Kapan berangkat ke makam, Bu?” bisik saya pada salah seorang anaknya.
“Ini belum dimandikan, Mi… tukang memandikannya masih di Padalarang.” Jawabnya prihatin.
Gubraks deh …
Meninggal dari jam sepuluh pagi, jam empat sore belum di sucikan? Duuh… kasihan banget. Maka tanpa banyak kata, saya ajak anak-anak almarhumah utuk memandikan jenazah ibunya. Kain kafan saya potong srat sret, digelar di ruang tengah dan bersama kami tuntaskan kewajiban mensucikan jenazah tersebut. Walau terus terang, gemes banget saya pada keluarganya, karena mereka kebanyakan hanya jadi penonton, tidak paham sama sekali apa yang harus mereka lakukan.
Sahabat,
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak sahabat yang khususnya beragama Islam untuk lebih menyadari akan pentingnya mengerti ilmu yang satu ini. Bagi sahabat non muslim, saya berharap bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita.
Bahwa penyelenggarakan jenazah adalah kewajiban kifayah, jika sudah dilakukan oleh sebagian orang, maka kewajiban tersebut otomatis gugur atas diri kita. Namun, mengetahui ilmunya, itu adalah fardhu ‘ain. Kewajiban asasi tiap muslim. Jangan sampai kita tidak mengetahuinya.
Secara garis besar, hal berikut harus kita pahami ketika orang-orang terdekat kita meninggal :
  1. Ketika sakaratul maut, talkinkan kalimat tauhid di telinganya. Talkin, sifatnya doktrin, maka harus dengan kata yang tegas.
  2. Setelah meninggal, tutup mata dan mulutnya.
  3. Lepas semua baju, seyampang masih bisa.
  4. Jika mayat memakai gigi palsu, sebisa mungkin dilepaskan.
  5. Taruh jenazah di tempat yang representative, jangan di ruangan yang gelap yang terkesan ‘keueung’.
  6. Hubungi keluarga yang lain, siapkan peralatan penyelenggaraan jenazah.
Setelah alat-alat siap, segera persiapkan kafan, potong-potong sesuai kebutuhan. Jika mayat laki-laki, cukup dengan lembar kafan, maka untuk mayat perempuan di lembar ketiganya berupa baju lengkap dari kain kafan.

PERSIAPAN MEMANDIKAN
  1. Pastikan tempat tertutup, air yang cukup.
  2. Posisikan jenazah kepala di sebelah utara, kaki disebelah selatan.
  3. Ambil satu gayung air, baca basmalah, siramkan dari ujung kepala ke ujung kaki.
  4. Wudhu’kan jenazah.
  5. Segera bersihkan dengan sabun dan sampo, perhatikan bagian mata, telinga dan giginya. Dengan cotton bud pastikan semuanya bersih.
  6. Tekan-tekan perut (kecuali mayat yang sedang hamil, jangan sekali-kali ditekan atau digoyang!!!!), bersihkan dubur dan qubul, pastikan bahwa sempurna kebersihannya kemudian tutup dengan kapas. Jangan lupa sela-sela jari kaki dan tangan dibersihkan pula.
  7. Setelah yakin bersih, sucikan kembali dengan wudhu’.
  8. Siram dengan air kamper. Keringkan dan siap dikafani.
MENGKAFANI JENAZAH
  • Posisikan jenazah di tengah-tengah kafan. Hal ini penting karena pada waktu memakaikan pakaian, jenazah tidak bisa disuruh-suruh geser sendiri, sementara kalau kita harus menggeser-geser lagi, lumayan berat. Jika posisi pas, kita tinggal memakaikan bajunya dan membungkus dan menalinya.
  • Lapisi lipatan-lipatan anggota badan dengan kapas yang sudah dipersiapkan.


  • Ambil lapis demi lapis, jangan bersamaan. Jangan lupa, tiap lapis kita percikan minyak wangi dan kamper yang sudah dihaluskan.
  • Sisakan bagian wajah, karena biasanya ini akan ditutup ketika sudah akan diberangkatkan ke makam. Dengan demikian sanak saudara yang datang masih bisa melihat wajah almarhum.



  • Selama proses memandikan dan mengkafani jenazah, jaga aurat inti dari jenazah, jangan sampai terbuka. Tutupi dengan kain.
  • Jaga lisan kita selama dan sesudah proses penyelenggaraan jenazah, tidak boleh membuka aib almarhum.
Segera setelah kita memandikan dan mengkafani, siapkan diri kita untuk bisa menyolatkan. Lebih utama bagi kaum laki-laki jika menuntaskan kewajibannya dengan mengantarkannya ke kubur.
Begitulah Sahabat Baltyra…
Hal yang sehari-hari terlihat sepele, namun ketika sudah terjadi pada keluarga dekat kita, jangan biarkan orang-orang yang kita sayangi menunggu terlalu lama untuk disucikan.
Gambar-gambar yang tersaji saya ambil dengan kamera HP, (jadi maklum ya… kalau tidak jernih..) ketika beberapa hari yang lalu saya memberikan pelatihan janaiz pada masyarakat di daerah sekitar saya. Kebetulan ada yang bersedia menjadi model mayatnya, … lumayan bisa semakin paham. Meski setelah selesai, … buru-buru modelnya bangkit, sembari bolak-balik bergidik. Merinding, katanya. :D :D :D

Semoga bermanfaat.

1 comment: