Wednesday, June 8, 2011

Mencari Ridha Allah Dalam Beramal


Segala puji hanya milik Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Muhammad bin Abdullah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia.

Alhamdulillah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam memberitahu kepada kita ummatnya, ilmu mengenai apa saja perbuatan yang bila dikerjakan selagi hidup di dunia yang fana ini, dapat menyebabkan hadirnya naungan di hari Kiamat, salah satunya adalah sedekah.

Subhanallah...saat ini masyarakat sudah mulai menyadari makna sedekah tersebut. Banyak orang yang bersedekah. Kebanyakan mereka dulu belum memahami keutamaan sedekah atau berada dalam kondisi ekonomi yang kurang memungkinkan untuk sedekah.

Kesadaran ini membuat masyarakat senantiasa berbagi, salah satunya dengan sedekah.

Bagaimana mnrt syar'inya bilamana ada orang yang bersedekah supaya memperlancar rejeki? Kemudian bagaimana cara belajar ikhlas yang sebenar-benarnya?

Ikhlas...sepatah kata yang mudah diungkapkan, namun sulit diamalkan.

Menurut pemahaman saya yang awam ini, jangankan bagi kita, bagi generasi salaf pun masalah ikhlas ini pun terasa berat. Hanya kejujuran diri ini dan Allah Ta'ala yang tahu apakah suatu amal itu tergolong ikhlas atau tidak.

Bersedekah sangatlah dianjurkan. Bahkan kita diperintahkan untuk memperbanyak sedekah. Mengenai apakah individu tersebut mengharap balasan di dunia atau pahala di akhirat, tentunya pilihan ada di tangan masing-masing. Bisa jadi dengan diniatkan mendapatkan balasan di dunia berupa kelancaran rejeki, kemudian Allah mengabulkannya. Atau diniatkan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalasnya dengan pahala di akherat, maka tentunya ini lebih utama.

Mari kita perhatikan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam kitab suci Al-Quran (terjemahan) sbb:

QS. Ali 'Imran 145. ... Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

QS. An Nisaa' 134. Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

QS. Al Qashash 79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."

QS. Al Qashash 80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar."

[1139]. Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya.

HANYA ORANG-ORANG YANG MEMAHAMI KITAB ALLAH, MENDIRIKAN SHALAT DAN BERNAFKAH DI JALAH ALLAH ITULAH YANG MENGHARAP PAHALA YANG KEKAL

QS. Faathir 29 Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

QS. Al Ahzab 29. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.

QS. An Nahl 41. Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui,

QS. Yusuf 57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.

QS. Yunus 26. Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya.

Semoga kita bisa meningkatkan keikhlasan kita dalam amal ibadah kita, dan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala meridhai amal ibadah kita dan menjauhkan kita dari siksa api neraka. Wallahu a’lam.

Berikut ada artikel menarik “100 Do’a dalam Al-Qur’an dan Penjelasannya”, Ust. Drs. Muhammad Thalib yang insyaallah akan bermanfaat:

Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa”. “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia.” (QS. Al-Baqarah (2) : 200)

Penjelasan:

Pada zaman jahiliyah orang – orang Arab melaksanakan haji seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.

Akan tetapi, mereka telah meninggalkan tuntunan yang digariskan oleh kedua Nabi tersebut. Yang tetap tinggal hanyalah lahiriah-nya saja, dan isinya telah mereka ubah sesuai dengan kepentingan dan selera mereka. Pada waktu mereka berkumpul di Mina, mereka melakukan perlombaan membuat syair, menceritakan kelebihan dan keunggulan nenek moyang mereka, dan bermegah – megahan dengan keutamaan suku mereka.

Mereka sama sekali mengabikan ibadah haji untuk bertakarub, mohon ampun, dan bertobat kepada Allah. Bahkan yang mereka minta selama berkumpul di Mina, pergi melempar jumrah, dan turun ke Baitullah untuk thawaf hanyalah memperoleh kesenangan dunia sebanyak – banyaknya sebagaimana do’a di atas: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia.”

Karena itulah, Allah nyatakan pada kelanjutan QS. Al-Baqarah (2) : ayat 200 tersebut: “dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.”

Do’a yang mereka ucapkan hanyalah permohonan untuk memperoleh kesenangan sebanyak – banyaknya di dunia ini. Mereka tidak pernah memikirkan pentingnya kehidupan akhirat. Bagi orang seperti ini, hidup di dunia adalah segala – galanya. Puncak dari kehidupan ini bagi mereka adalah rasa senang dalam menikmati kehidupan ini secara material. Mereka tidak pernah mau mengingat adanya kehidupan akhirat sehingga mereka sama sekali tidak takut berbuat apa saja di dunia ini, asalkan semua itu memberikan kesenangan nafsu mereka. Mereka lebih mengutamakan jasad dan materi, lupa akan kehidupan di akhirat. Bagi mereka kehidupan di di akhirat itu adalah ‘nonsense’.

Karena orang – orang musyrik beranggapan bahwa tidak ada kehidupan akhirat, maka mereka ingin sekali memuaskan seleranya dalam kehidupan di dunia ini dengan segala macam bentuk kepuasan nafsu dan kebanggaan materi. Oleh karena itu, orang semacam ini hanya memohon kepada Allah untuk mendapatkan kesenangan di dunia. Permohonan mereka ini mencerminkan kebodohan dan kedangkalan mereka tentang hidup sesungguhnya yang dikehendaki oleh Allah. Oleh karena itu, bila kita hanya memohon kepada Allah untuk mendapatkan kesenangan di dunia, berarti kita pun tergolong sama mereka. Orang Mukmin tidak boleh berdoa semacam itu karena orang yang hanya memohon kesenangan dunia, kelak di akhirat akan Allah jauhi siksa dan dijauhkan dari rahmat – Nya.

Berdo’a kepada Allah haruslah dilakukan dengan tuntunan dan permohonan yang diridhai oleh Allah untuk kehidupan dunia dan akhirat, karena kehidupan yang pokok dan lebih utama adalah kehidupan akhirat, sedangkan kehidupan di dunia ini merupakan persiapan menuju kehidupan yang lebih hakiki dan kekal. Oleh karena itu, yang harus kita utamakan adalah meminta kepada Allah agar dalam kehidupan kelak itulah kita memperoleh kebahagiaan sejati. Adapun lafadz do’a orang mukmin dapat kita baca pada uraian berikutnya.

Rabbana aatinaa fid dun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaaban naar.”(QS. Al-Baqarah (2) : 201)

Penjelasan:

Allah mengajarkan kepada orang – orang mukmin, yaitu ketika mereka sedang bermalam di Mina hendaklah memperbanyak ingat kepada Allah dan memohon kepada –Nya diberi kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang mukmin percaya bahwa kehidupan dunia ini hanya merupakan persiapan menuju kehidupan yang hakiki dan abadi. Karena mereka menyadari bahwa manusia akan kembali kepada Allah dan mempertanggungjawabkan segala sepak terjangnya di dunia ini di hadapan Allah di akhirat kelak, maka mereka sadar akan pentingnya pertolongan dan perlindungan Allah agar mendapatkan keselamatan di dunia, keselamatan di akhirat dan dijauhkan dari siksa neraka.

Memohon dijauhkan dari siksa neraka adalah suatu permohonan yang sangat besar kepada Allah, sebab tidak akan ada manusia yang bisa selamat dari siksa neraka selain orang – orang yang mendapat hidayah, taufik, dan rahmat Allah, sedangkan memperoleh ketiga hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Tidak setiap orang akan diperkenankan permohonannya oleh Allah untuk bisa menjadi hamba-Nya yang bahagia di dunia, di akhirat, dan selamat dari siksa neraka. Oleh karena itu, kita selalu memohon kepada Allah agar permintaan tersebut dikabulkan.

Berkenaan dengan ayat ini Rasulullah saw pernah memanggil sahabat Anas bin Malik, kemudian bertanya yang artinya:

Apakah kamu memohon sesuatu kepada Allah?” Ujaranya: “Ya, aku biasa mengucapkan:’Wahai Tuhan, aku tidak pernah mengharapkan siksa di akhirat. Oleh karena itu, jika memang ada, maka percepatlah dia untukku di dunia ini.” Lalu Rasulullah saw bersabda: “Mahasuci Allah, karena pasti kamu tidak akan sanggup memikulnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya engkau ucapkan: “Wahai Tuhan kami berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa neraka.” Lalu beliau mendo’akan kebaikan untuk dirinya, lalu Allah menyembuhkannya. (HR.Bukhari)

Hadits tersebut di atas terjadi ketika Rasulullah melihat seorang sahabat yang menderita sakit sehingga keadaan badannya laksana seekor ayam yang dicabuti bulunya. Sahabat itu kemudian berdo’a seperti riwayat di atas. Lalu ia ditegur oleh Rasulullah agar tidak mengucapkan do’a semacam itu, tetapi mengucapkan do’a seperti termaktub pada ayat 201 di atas.

Kebaikan dan kebahagiaan di dunia hanyalah dapat kita peroleh dengan rahmat Allah. Begitu juga kebahagiaan dan keselamatan hidup di akhirat hanya bisa kita peroleh dengan rahmat Allah. Oleh karena itu, kita harus selalu memohon kepada Allah agar kita mendapatkan kebahagiaan di kedua tempat tersebut. Bagi seorang mukmin kehidupan di akhirat jauh lebih berarti daripada kehidupan di dunia karena alam akhirat kekal dan abadi, sedang alam dunia pasti berakhir.

Setiap mukmin tidak boleh melupakan akhiratnya karena ingin mengejar kesenangan sementara di dunia ini. Ia juga tidak boleh beranggapan bahwa kesenangan dunia adalah bukti dirinya telah memperoleh keridhaan Allah dalam hidupnya, sebab orang yang diberi kesenangan belum tentu menjadi orang yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Sebagai bukti, orang – orang musyrik dan kafir juga diberi kesenangan oleh Allah di dunia ini, tetapi mereka diancam mendapatkan siksa yang berat di akhirat kelak.

Do’a ini boleh kita baca kapan dan di mana saja, tidak perlu waktu khusus atau tempat tertentu.

(100 Do’a dalam Al-Qur’an dan Penjelasannya, Ust. Drs. Muhammad Thalib, Kaffah Media, Maret 2007, Sukoharjo)

No comments:

Post a Comment